Sep 8, 2008

Kartini sekarang dan tempo dulu, dimana bedanya?


Simaklah artikel berikut ini.

Assalamu’alaikum n’ Good bless you, para pembaca edisi Supel kali ini. Tim Supel kali ini akan menyuguhkan gambaran emansipasi wanita yang pernah dideskripsikan oleh seorang Guru Sastra di MAN 1 Palu, Mas’amah Amin Syam SS. MPd.
Sebenarnya, sejak kecil (telah lama) Tim Supel mengenal beliau, namun belum mengenal sosok pada diri beliau yang sebenarnya. Dulu, yang kami tahu beliau itu hebat membaca puisi dan membuat karya sastra, itu terbukti (salah satu contohnya) ketika beliau membimbing cara pembacaan puisi kepada salah seorang mahasiswanya bernama Eka Rahmawatisari, sekitar beberapa tahun silam.
Mahasiswa binaannya tersebut, sempat menyabet juara favorit pada lomba pembacaan puisi pada suatu kegiatan “Fans Club” dan pernah tampil dengan baik dalam membacakan puisi ketika momen MTQ 2000 di Kota Palu lalu.
Ternyata lebih dari itu. Tim Supel sangat terkagum-kagum ketika mengetahui, bahwa beliau adalah sosok perempuan yang sangat eksis dengan segala kemampuan dan kelebihannya. Misalnya, sampai detik ini beliau dipopolerkan dengan sebutan seorang Penyair Lembah Palu, pernah menjadi Ketua Umum IPPNU (Ikatan Putra-Putri Nahdatul Ulama Cabang Kodya Palu (1995), pernah bergabung di organisasi Pelopor Penerus Kemerdekaan Bangsa Indonesia (PPKBI) Tingkat I Sulteng dan kegiatan seni atau sosial lainnya.
Beliau mengaku, meskipun di usianya yang lanjut (masa mendatang), beliau akan tetap eksis di bidang seni dan sosial lainnya. Bukankah minggu-minggu ini masih terasa adanya momen Ibu Kita Kartini dan akan kita kita peringati bersama Hari Pendidikan, so’ mari kita simak penuturan beliau yang dibukukan bersama karya-karya tulis beliau lainnya oleh Forum Komunikasi Sastra Sulteng di tahun 2003. Tulisan beliau ini berjudul Emansipasi Wanita Tahap Ke-2.
Berbicara tentang dunia wanita tak akan kekeringan bahan hingga mulut kita kering tak berludah. Penilaian kepada wanita menimbulkan pendapat yang kadang-kadang bertentangan.
Setengah pendapat berkata bahwa peradaban manusia tidak akan berkembang jika wanita tidak akan terlahir ke muka bumi. Sebaliknya ada yang pesimis dengan tuduhan bahwa peradaban manusia akan mundur ke belakang, karena wanita telah terlanjur diciptakan-Nya.
Galibnya, sifat dan perilaku wanita itu lembut sehingga akan memikat hati lelaki. Tak ada lelaki yang menginginkan istrinya menjadi binaragawati, atau kekar seperti Mike Tyson. Wanita tak akan meninggalkan ciri khas kewanitaannya. Ia tetap berperan utama sebagai wanita dalam rumah tangga dan pendidik agung bagi anak-anaknya.
Anehnya ada segelintir pendakwah yang selalu “menelanjangi” wanita pada majelis ta’lim yang dihadiri kaum lelaki dan wanita. Misalnya: bahwa mayoritas wanita pada hari kiamat akan memadati neraka, karena membangkang suaminya. Atau mereka terbiasa membuka auratnya di muka umum. Padahal kesalahan (utamanya) ialah seorang istri tidak pernah mendapat teguran dari suaminya. Pendidikan dari suaminya tak pernah diterimanya.
Sungguh tak adil jika setiap kesalahan dibebankan kepada istrinya, namun tidak pernah dikaji munculnya “benih-benih” kesalahan itu. Majelis ta’lim yang selalu “menelanjangi” wanita hanya membuat dirinya rendah diri (bukan rendah hati), sedang kaum lelaki merasa bangga “naik bahunya sebelah”. Wanita akan tertunduk malu, dan hati kecilnya akan mengusik: Tuhan tidak adil karena kaum-Nya banyak masuk neraka. Mereka akan diam seribu bahasa, tetapi hatinya bergemuruh dan antipati kepada lelaki, juga kepada mubalighnya.
Berkat ciptaan-Nya wanita lahir ke dunia, maka jangan disia-siakan. Wanita mengemban misi yang sama seperti lelaki hanya ketaqwaan itulah yang membedakannya.
Berbicara wanita, wanita itu sangat didominasi perasaannya dan menomorduakan otak. Sedangkan lelaki lebih didominasi otak daripada terasaannya. Otak yang dominan akan dipadukan perasaan yang doniman melalui pernikahan, sehingga melahirkan insan kamil (manusia sempurna). Terbuktilah bahwa lelaki butuh wanita dan wanita merindukan lelaki. Berdua hendak mendayungkan bahtera rumah tangga di samudera lepas yang penuh gelombang, guna mendaratkan cita-cita mulianya.
Sungguh beralasan sekali jika Nabi Muhammad SAW menganggap lelaki yang tidak mau menikah bukan golongannya.
Keridhoan Allah adalah pijakan untuk melabuhkan cita-cita dalam menggapai sorga-Nya Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa sorga itu ada di bawah telapak kaki ibu. Itulah penghargaan tertinggi kepada wanita. Ini sekaligus mendidik anak-anak untuk berbakti kepada orang tuanya, karena dengan kebaktian itulah pintu sorga akan dibuka.
Wanita di kurun kini identik dengan kekayaan. Apalagi wanita kerier! Parasnya yang ayu akan mudah mengeruk uang, suaranya yang merdu diburu produser rekaman. Postur tubuh yang anggun dan mau membuka-buka aurat merupakan obyek yang empuk untuk menimbulkan polusi air dan udara, kecuali polusi mata, sehingga akan melahirkan virus “mata keranjang” dan “mata duitan”. Wanita juga dapat menghancurkan segala-galanya, termasuk kekayaan. Ada keluarga yang harmonis kini hancur berantakan gara-gara suami memiliki gadis simpanan. Karier dan prestasi yang dirintisnya kini patah di tengah karena merayu wanita berparas elok, juga kursi kekuasaannya tersungkur gara-gara bermain dengan wanita hiburan.
Wanita memang mempunyai nilai lebih, sayangnya sering disalahgunakan. Membelenggu wanita di kamar gelap agar tidak tersentuh perkembangan ilmu pengetahuan berarti menentang bola salju ‘emansipasi’ yang telah lama menggelinding. Rantai belenggu yang pernah dipatahkan, janganlah dikalungkan ke leher kaum wanita lagi. Zaman belenggu telah berakhir.
Emansipasi wanita yang tidak dibimbing nilai-nilai keagamaan (Islam) hanya menjadi wanita liar dan binal. Wanita akan memaksakan dirinya untuk menuntut persamaan yang sederajat dengan lelaki. Ini berarti memperkosa dirinya untuk tumbuh di luar pagar fitrah kewanitaan. Islam membawa emansipasi yang sesungguhnya.
Sebelum emansipasi wanita lahir keadaan wanita mengibakan hati. Setelah wanita maju dengan meneliti emansipasi. Mereka kembali terbelakang dalam jahiliyah modern. Jahiliyah modern telah menghadirkan degradasi moral yang menakutkan. Pada zaman Siti Nurbaya, para gadis membenci kawin paksa, kini mereka “terpaksa kawin” untuk menutup malu karena telah hamil di luar nikah. Dan bukan hal yang aneh kalau para gadis sekarang membeli obat anti hamil yang dijual bebas di apotik sehingga mereka bebas berhubungan. Kalau nyatanya kebobolan, mereka akan membuang oroknya (bayinya) di selokan atau di tempat sampah seperti yang kita saksikan di layar kaca baru-baru ini. Na’udzu billahi min zalik. Ya allah kami merindukan lahirnya “EMANSIPASI WANITA TAHAP II”.
Wanita sekarang telah dijadikan kiblat pemuas nafsu kebinatangan oleh kaum lelaki, sehingga terbuktilah kepastian sabda Nabi Muhammad SAW: Kan datang kepada manusia satu masa cita-citanya hanya perut belaka, kemuliaannya hanya wanita-wanita dan agamanya hanya uang. Mereka adalah seburuk-buruknya manusia dan mereka tidak bahagia di sisi Allah. (Yuli_Supel/Sumber: Mas’amah Amin Syam, Perempuan dan Sastra, 2003:1-3, Gambar: www.google.com).

No comments:

Send Your Message To My EmaiL....

Your Name :
Your Email :
Subject :
Message :
Image (case-sensitive):