Sep 3, 2008

Narkoba dan Bahaya Pemakaiannya di Kalangan Remaja


Apa yang disebut NARKOBA


Narkoba (singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif berbahaya lainnya) adalah bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia, baik secara oral/diminum, dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 22 tahun 1997). Yang termasuk jenis Narkotika adalah :
• Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.
• Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-Undang No. 5/1997). Zat yang termasuk psikotropika antara lain:
• Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandarax, Amfetamine, Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-shabu, LSD (Lycergic Alis Diethylamide), dsb.
Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis maupun sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang dapat mengganggu sistim syaraf pusat, seperti:
• Alkohol yang mengandung ethyl etanol, inhalen/sniffing (bahan pelarut) berupa zat organik (karbon) yang menghasilkan efek yang sama dengan yang dihasilkan oleh minuman yang beralkohol atau obat anaestetik jika aromanya dihisap. Contoh: lem/perekat, aceton, ether, dsb.
Jenis Narkoba menurut efeknya
Dari efeknya, narkoba bisa dibedakan menjadi tiga:
1. Depresan, yaitu menekan sistem sistem syaraf pusat dan mengurangi aktifitas fungsional tubuh sehingga pemakai merasa tenang, bahkan bisa membuat pemakai tidur dan tak sadarkan diri. Bila kelebihan dosis bisa mengakibatkan kematian. Jenis narkoba depresan antara lain opioda, dan berbagai turunannya seperti morphin dan heroin. Contoh yang populer sekarang adalah Putaw.
2. Stimulan, merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan serta kesadaran. Jenis stimulan: Kafein, Kokain, Amphetamin. Contoh yang sekarang sering dipakai adalah Shabu-shabu dan Ekstasi.
3. Halusinogen, efek utamanya adalah mengubah daya persepsi atau mengakibatkan halusinasi. Halusinogen kebanyakan berasal dari tanaman seperti mescaline dari kaktus dan psilocybin dari jamur-jamuran. Selain itu ada jugayang diramu di laboratorium seperti LSD. Yang paling banyak dipakai adalah marijuana atau ganja.
Penyalahgunaan Narkoba
Kebanyakan zat dalam narkoba sebenarnya digunakan untuk pengobatan dan penefitian. Tetapi karena berbagai alasan - mulai dari keinginan untuk coba-coba, ikut trend/gaya, lambang status sosial, ingin melupakan persoalan, dll. - maka narkoba kemudian disalahgunakan. Penggunaan terus menerus dan berianjut akan menyebabkan ketergantungan atau dependensi, disebut juga kecanduan.
Tingkatan penyalahgunaan biasanya sebagai berikut:
1. coba-coba
2. senang-senang
3. menggunakan pada saat atau keadaan tertentu
4. penyalahgunaan
5. ketergantungan
Dampak penyalahgunaan Narkoba
Bila narkoba digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang telah ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan. Kecanduan inilah yang akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal.
Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang.
Dampak Fisik:
1. Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi
2. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah
3. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim
4. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru
5. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur
6. Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual
7. Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)
8. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya
9. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian
Dampak Psikis:
1. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah
2. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga
3. Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal
4. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
5. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri
Dampak Sosial:
1. Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan
2. Merepotkan dan menjadi beban keluarga
3. Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram
Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi (bahasa gaulnya sugest). Gejata fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif, dll.
Bahaya bagi Remaja
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa anak-anak dan remaja akan membentuk perkembangan diri orang tersebut di masa dewasa. Karena itulah bila masa anak-anak dan remaja rusak karena narkoba, maka suram atau bahkan hancurlah masa depannya.
Pada masa remaja, justru keinginan untuk mencoba-coba, mengikuti trend dan gaya hidup, serta bersenang-senang besar sekali. Walaupun semua kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi hal itu bisa juga memudahkan remaja untuk terdorong menyalahgunakan narkoba. Data menunjukkan bahwa jumlah pengguna narkoba yang paling banyak adalah kelompok usia remaja.
Masalah menjadi lebih gawat lagi bila karena penggunaan narkoba, para remaja tertular dan menularkan HIV/AIDS di kalangan remaja. Hal ini telah terbukti dari pemakaian narkoba melalui jarum suntik secara bergantian. Bangsa ini akan kehilangan remaja yang sangat banyak akibat penyalahgunaan narkoba dan merebaknya HIV/AIDS. Kehilangan remaja sama dengan kehilangan sumber daya manusia bagi bangsa.
Apa yang masih bisa dilakukan?
Banyak yang masih bisa dilakukan untuk mencegah remaja menyalahgunakan narkoba dan membantu remaja yang sudah terjerumus penyalahgunaan narkoba. Ada tiga tingkat intervensi, yaitu
1. Primer, sebelum penyalahgunaan terjadi, biasanya dalam bentuk pendidikan, penyebaran informasi mengenai bahaya narkoba, pendekatan melalui keluarga, dll. Instansi pemerintah, seperti halnya BKKBN, lebih banyak berperan pada tahap intervensi ini. kegiatan dilakukan seputar pemberian informasi melalui berbagai bentuk materi KIE yang ditujukan kepada remaja langsung dan keluarga.
2. Sekunder, pada saat penggunaan sudah terjadi dan diperlukan upaya penyembuhan (treatment). Fase ini meliputi: Fase penerimaan awal (initialintake)antara 1 - 3 hari dengan melakukan pemeriksaan fisik dan mental, dan Fase detoksifikasi dan terapi komplikasi medik, antara 1 - 3 minggu untuk melakukan pengurangan ketergantungan bahan-bahan adiktif secara bertahap.
3. Tertier, yaitu upaya untuk merehabilitasi merekayang sudah memakai dan dalam proses penyembuhan. Tahap ini biasanya terdiri atas Fase stabilisasi, antara 3-12 bulan, untuk mempersiapkan pengguna kembali ke masyarakat, dan Fase sosialiasi dalam masyarakat, agar mantan penyalahguna narkoba mampu mengembangkan kehidupan yang bermakna di masyarakat. Tahap ini biasanya berupa kegiatan konseling, membuat kelompok-kelompok dukungan, mengembangkan kegiatan alternatif, dll (Sumber:http://iatiga_03.blogspot.com).

WASPADAI SEKS BEBAS KALANGAN REMAJA

Berdasarkan penelitian di berbagai kota besar di Indonesia, sekitar 20 hingga 30 persen remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks. Celakanya, perilaku seks bebas tersebut berlanjut hingga menginjak ke jenjang perkawinan. Ancaman pola hidup seks bebas remaja secara umum baik di pondokan atau kos-kosan tampaknya berkembang semakin serius. Mungkinkah karena longgarnya control mereka pada mereka? Berikut ini laporan wartawan Majalah Gemari Haris Fadillah dari “Kota Pelajar” Yogyakarta dan Kota Jakarta.
Pakar seks juga specialis Obstetri dan Ginekologi Dr. Boyke Dian Nugraha di Jakarta mengungkapkan, dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat. Dari sekitar lima persen pada tahun 1980-an, menjadi duapuluh persen pada tahun 2000.
Kisaran angka tersebut, kata Boyke, dikumpulkan dari berbagai penelitian di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Palu dan Banjarmasin. Bahkan di pulau Palu, Sulawesi Tenggara, pada tahun 2000 lalu tercatat remaja yang pernah melakukan hubungan seks pranikah mencapai 29,9 persen.“sementara penelitian yang saya lakukan pada tahun 1999 lalu terhadap pasien yang datang ke Klinik Pasutri, tercatat sekitar 18 persen remaja pernah melakukan hubungan seksual pranikah,” kata pemilik Klinik Pasutri ini.
Kelompok remaja yang masuk ke dalam penelitian tersebut rata-rata berusia 17-21 tahun, dan umumnya masih bersekolah di tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau mahasiswa. Namun dalam beberapa kasus juga terjadi pada anak-anak yang duduk di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Tingginya angka hubungan seks pranikah di kalangan remaja erat kaitannya dengan meningkatnya jumlah aborsi saat ini, serta kurangnnya pengetahuan remaja akan reproduksi sehat. Jumlah aborsi saat ini tercatat sekitar 2,3 juta, dan 15-20 persen diantaranya dilakukan remaja. Hal ini pula yang menjadikan tingginya angka kematian ibu di Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai negara yang angka kematian ibunya tertinggi di seluruh Asia Tenggara.
Dari sisi kesehatan, perilaku seks bebas bisa menimbulkan berbagai gangguan. Diantaranya, terjadi kehamilan yang tidak di inginkan. Selain tentunya kecenderungan untuk aborsi, juga menjadi salah satu penyebab munculnya anak-anak yang tidak di inginkan. Keadaan ini juga bisa dijadikan bahan pertanyaan tentang kualitas anak tersebut, apabila ibunya sudah tidak menghendaki.
Seks pranikah, lanjut Boyke juga bisa meningkatkan resiko kanker mulut rahim. Jika hubungan seks tersebut dilakukan sebelum usia 17 tahun, risiko terkena penyakit tersebut bisa mencapai empat hingga lima kali lipat.
Selain itu, seks pranikah akan meningkatkan kasus penyakit menular seksual, seperti sipilis, GO (ghonorhoe), hingga HIV/AIDS. Androlog Anita Gunawan mengatakan, kasus GO paling banyak terjadi. Penderita bisa saja tidak mengalami keluhan. Tapi, hal itu justru semakin meningkatkan penyebaran penyakit tersebut.
Anita menggolongkan penyakit GO tersebut ke dalam subklinis, kronis dan akut. Subklinis dan kronis, kata anita, tidak menimbulkan gejala serta keluhan pada penderita. Sedangkan GO akut akan menampakan gejala, seperti sulit buang air kecil atau sakit pada ujung kemaluan. “Pada pria biasanya menampakan gejala. Berbeda dengan wanita, seringkali tidak menampakan gejala yang jelas. Paling-paling hanya timbul keputihan atau anyang-anyang,” ujarnya.
Bagaimana dengan GO yang sudah parah? Dr Boyke Dian Nugraha menjelaskan, untuk GO yang sudah parah dapat menyebabkan hilangnya kesuburan, baik pada pria maupun wanita. Saluran sperma atau indung telur menjadi tersumbat oleh kuman GO.
Disisi lain, Boyke menambahkan, perilaku seks bebas ini bisa berlanjut hingga menginjak perkawinan. Tercatat sekitar 90 dari 121 masalah seks yang masuk ke Klinik Pasutri (pasangan suami istri)pada tahun 2000 lalu, dialami orang-orang yang pernah melakukan hubungan pranikah (pre marital).
“Masalah seks dengan pasangannya justru dijadikan legistimasi untuk melakukan seks bebas. Bahkan, saat ini, seks bebas sudah menjadi bagian dari budaya bisnis,” cetusnya. Factor yang melatarbelakangi hal ini, ujar Boyke, antara lain disebabkan berkurangnya pemahaman nilai-nilai agama. Selain itu, juga disebabkan belum adanya pendidikan seks secara formal di sekolah-sekolah. Selain itu, juga maraknya penyebaran gambar serta VCD porno.
Banyak remaja terjebak
Lalu bagaimana dengan remaja di “Kota Pelajar” Yogyakarta? Berdasarkan survey Pusat Studi Wanita Universitas Islam Indonesia (PSW-UII) Yogyakarta, jumlah remaja yang mengalami masalah kehidupan seks terutama di Yogyakarta terus bertambah, akibat pola hidup seks bebas. Mengapa demikian? “karena pada kenyataannya pengaruh gaya seks bebas yang mereka terima jauh lebih kuat dari pada control yang mereka terima maupun pembinaan secara keagamaan,” kata Kepala PSW-UII Dra Trias Setiawati, Msi.
Saat ini, jumlah pelajar di Kota Yogyakarta sebanyak 121.000 orang, atau sekitar 25 persen dari penduduk kota yang terkenal sebagai Kota pelajar yang sebanyak 490.000. Ini, tentunya mendorong makin suburnya bisnis rumah kos di kota ini. Sementara tingkat pengawasan dari pemilik kos di kota ini. Sementara tingkat pengawasan dari pemilik kos maupun pihak orang tua, kata Trias Setiawati, semakin longgar. Sehingga, makin banyak remaja yang terjebak ke dalam pola seks bebas karena berbagai pengaruh yang mereka terima baik dari teman, internet, dan pengaruh lingkungan secara umum.
“Sekuat-kuatnya mental seorang remaja untuk tidak tergoda pola hidup seks bebas, kalau terus-menerus mengalami godaan dan dalam kondisi sangat bebas dari kontrol, tentu suatu saat akan tergoda pula untuk melakukannya. Godaan semacam itu terasa lebih berat lagi bagi remaja yang memang benteng mental dan keagamaannya tidak begitu kuat,” dalihnya.
Salah satu upaya untuk menanggulangi maraknya seks bebas di kalangan remaja, khususnya penghuni kos, selain perlu dilakukan pengawasan yang ketat dan intensif dari pemilik kos secara proporsional, juga meningkatkan kesadaran dari orang tua untuk memilihkan tempat kos bagi anak-anaknya yang layak dan aman. “Selain itu, tentu membekali putra-putrinya dengan benteng ajaran agama yang kokoh,” ujar Trias saat ditemui di Yogyakarta, belum lama ini.
Pendidikan Kesehatan Reproduksi
Maraknya seks bebas di kalangan remaja membuat banyak pihak sangat prihatin. Salah satunya adalah Ketua Yayasan Sayap Ibu Daerah Istimewa Yogyakarta Ny Hj Ciptaningsih Utaryo. Pasalnya, kata dia, hal itu akan menimbulkan masalah baru bukan hanya bagi wanita remaja itu sendiri, tapi juga pada anak-anak yang akan dilahirkan. Terlebih anak yang lahir tersebut merupakan anak yang dikehendaki, sehingga ada kecenderungan akan ditelantarkan orang tua.
Ditambahkannya, munculnya perilaku seks bebas di kalangan remaja yang marak belakangan ini tidak terlepas dari pengaruh era globalisasi, serta berkaitan erat dengan pengaruh Napza (narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya) atau di Daerah Istimewa Yogyakarta di sebut madat.
Sebagai Yayasan yang perduli dengan anak-anak terlantar, Yayasan Sayap Ibu (YSI) berupaya untuk mengatasi permasalahan anak-anak yang ditelantarkan orangtuannya, yang hingga kini jumlahnya demikian besar. Di Yayasan Sayap Ibu Daerah Istimewa Yogyakarta saja saat ini tercatat sekitar 500 orang anak lebih yang dirawat dan belum mendapatkan orang tua angkat. Bila digabung dengan lain jumlahnya akan mencapai ribuan orang.
Di antara mereka yang dirawat bukan hanya fisiknya yang normal, tapi ada juga diantaranya yang mengalami kecacatan akibat aborsi yang gagal dilakukan orang tuannya. “Karena biasanya orang tua yang hamil di luar nikah akan cenderung mencari jalan pintas untuk menutupi aib yang dideritannya. Padahal , cara ini selain tidak berprikemanusiaan, juga akan menyebabkan beban ganda pada anak-anak yang gagal di aborsi,” dalih Ciptaningsih.
Untuk menghindari tindakan aborsi illegal yang dilakukan ibu-ibu yang tidak menginginkan kehamilan, Yayasan Sayap Ibu selain menampung anak-anak yang ditelantarkan orang tuanya, juga mempunyai program merawat ibu-ibu muda yang hamil akibat seks bebas atau kehamilan tidak dikehendaki sampai anak tersebut lahir dengan selamat.
“Upaya yang dilakukan Yayasan Sayap Ibu ini bukannya justru memberikan peluang kepada anak-anak remaja untuk melakukan seks bebas, tapi semata untuk menolong nyawa ribuan generasi muda dari perbuatan tidak berkemanusiaan. Aborsi illegal bukan hanya berbahaya bagi janin, tapi juga nyawa ibu muda itu sendiri. Karena setiap janin berdasarkan kontroversi Hak Anak Internasional perlu dijaga kelangsungan hidupnya,” tungkasnya.
Ciptaningsih menegaskan, saat ini untuk menekankan jumlah pelaku seks bebas -terutama di kalangan remaja- bukan hanya membentengi diri mereka dengan unsure agama yang kuat, juga dibentengi dengan pendampingan orang tua Dan selektivitas dalam memilih teman-teman. Karena ada kecenderungan remaja lebih terbuka kepada teman dekatnya ketimbang dengan orang tua sendiri.
Selain itu, sudah saatnya di kalangan remaja diberikan suatu bekal pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah-sekolah, namun bukan pendidikan seks secara vulgar. “Pendidikan Kesehatan Reproduksi di kalangan remaja bukan hanya memberikan pengetahuan tentang organ reproduksi, tetapi bahaya akibat pergaulan bebas, seperti penyakit menular seksual dan sebagainya. Dengan demikian, anak-anak remaja ini bisa terhindar dari percobaan melakukan seks bebas,” imbau Ciptaningsih (Sumber inti tulisan dari Majalah Gemari).

Perlunya Pendidikan Seks Sejak Dini


Kasus Empat Siswi SMA Tak Boleh Ikut UN

NASIB empat siswi SMA Negeri I Petasia Kabupaten Morowali yang gagal mengikuti Ujian Nasional pada 22 April 08 ini karena kasus kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) menimbulkan polemik berbagai pihak pemerhati anak.
Eva Susanty koordinator KPKP-ST menilai pemberian sanksi dari pihak sekolah ini melanggar salah satu hak anak mendapatkan pendidikan beserta tahapan-tahapannya (Radar Sulteng 25 April 08). Sementara Ketua Panitia Ujian Nasional 2008 Provinsi Sulteng Drs. H. Darwis Yakama mengatakan bahwa pemberian sanksi merupakan kebijakan sekolah bukan bagian dari ketentuan ujian nasional. Karena menurutnya dimungkinkan adanya kebijakan itu oleh sekolah atau pemda setempat sesuai dengan undang-undang otonomi daerah (Radar Sulteng 25 April 2008).
Namun Kepala SMA Negeri I Petasia Dra. Yulis Derta Tonigi tak gentar bahkan merencanakan tes urine bagi semua siswi sekolah yang berstandar nasional tsb (Radar Sulteng 26 April 2008).
Direktur Pelaksana PKBI Sulteng Yospina Liku La'bi, SE, mengungkapkan fakta bahwa terdapat sekitar tujuh remaja putri yang mendatangi klinik Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Sulteng minta kandungannya diaborsi. Bahkan salah satunya adalah siswi SMP (Radar Sulteng 25 April 08). Sementara menanggapi kasus KTD di kota Palu, Masudin Sekretaris PKBI Sulteng mengimbau agar Kesehatan Reproduksi (Kespro) masuk dalam kurikulum SMP dan SMA.
Ternyata KTD tidak hanya terjadi di kota besar namun sudah menyebar kota-kota kecil seperti Petasia misalnya. Siapakah yang harusnya bertanggung jawab terhadap masalah ini. Tentu tak bisa hanya disalahkan ke salah satu pihak orangtua ataupun sekolah saja. Marilah kita melihat hal ini secara arif bijaksana tanpa mengorbankan hak si calon ibu ataupun anak yang masih dalam kandungan.
Pentingnya Pendidikan Seks
Pada usia 10 - 14 tahun anak mulai mengalami perubahan fisik dan psikologis karena pubertas. Perlu kita tahu karena perbaikan gizi pada saat ini maka masa pubertas menjadi lebih cepat. Selain anak dan remaja mudah sekali mengakses informasi menyesatkan tentang seks dari bacaan, vcd porno, hand phone, internet.
Pendidikan seks di rumah itu akan membentuk karakter dan membentengi anak itu sendiri. Orang tua adalah pendidik seks yang penting. Pengajaran yang terbaik kepada seorang anak terjadi pada "Saat-saat yang tepat untuk mengajarkannya" ketika diskusi dan petunjuk terjalin secara alamiah dengan peristiwa dan kebutuhan kehidupan sehari-hari.
Pesan-pesan pertama merupakan pesan yang paling kuat. Jauh lebih kuat untuk membentuk pandangan anak tentang seksualitas sejak permulaan daripada mengoreksi penyimpangan-penyimpangan yang mereka ambil di dunia ini. Pesan-pesan yang tepat dan gamblang jauh lebih baik daripada pesan-pesan yang samar-samar dan tidak jelas
Orang tua harus mampu menjelaskan masalah seks sejak anak pra sekolah sesuai dengan tingkat pemahamannya. Saat pra sekolah misalnya anak balita bisa dijelaskan perbedaan laki-laki dan perempuan yang merupakan ciptaan Tuhan yang mulia. Selain juga menyebut organ seks dengan benar dan tak terkesan jorok/kotor. Usia SD orangtua bisa menjelaskan proses pembuahan dan pertumbuhan embrio, masa akil balik yang disertai mimpi basah dan menstruasi.
Saat anak usia remaja orang tuan bisa menjelaskan tujuan Tuhan menciptakan seks, mengarahkan persahabatan yang wajar antar jenis, keterampilan untuk menghindari ke arah percumbuan dan dorongan seksual dan menghindari pergaulan yang buruk (free sex, homo, lesbi).
Anak-anak juga perlu ditunjukkan konsekuensi dari seks bebas yaitu AIDS, kehamilan usia dini, aborsi, penyakit seksual. Cara yang paling tepat melawan pornografi adalah melalui pendidikan seks dalam keluarga dan institusi agama.
Apa yang Harus Kita Lakukan
Akhirnya sebagai orangtua kita harus peka terhadap perubahan perilaku anak, meluangkan waktu cukup untuk anak, selalu membuka diri sehingga anak tak takut bercerita apa yang dirasakannya.
Melalui obrolan sehari-hari kita bisa menggali situasi pengetahuan/pengalaman anak dan mendiskusikan kasus-kasus yang nyata di lingkungan kita yang ada hubungannya dengan kasus KTD misalnya jauhkan dari kesan tabu. Kita seharusnya bisa menjelaskan permasalahan seks dengan sehat dan bermartabat.
Bahkan jika kita mendapati anak-anak mengkonsumsi pornogragi selayaknya kita mendiskusikan dengan bijak tidak langsung memarahinya.
Bahkan bila siap kita bisa mengajak anak usia remaja melihat proses fisiologis (bukan vcd porno) dan menerangkan dengan benar. Karena jika anak-anak mendapatkan hal itu di luar tentu akan berdampak negatif tak ada yang bisa menjelaskan secara benar. Jadi bukan zamannya lagi menerangkan pada anak balita bahwa adik dibawa oleh burung bangau yang mampir ke rumah saat malam tiba. Siapkah kita? Harus siap dari pada kecolongan

mY advicE 4 u aLL

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang

Asalamualaikum wr wb
Setiap orang emang gak ada yang luput dari dosa dan kesalahan.... termasuk gue.. tapi gimana nih caranya agar kita selalu berusaha untuk menghindari kesalahan apalagi dosa, pastinya dengan ingat kepada Allah. Dengan menjalankan perintahNya dan menjauhi semua laranganNya. Oke deh, mungkin kalimat-kalimat di bawah ini bisa ngebuat kamu sadar dan lebih dekat dengan Allah.Kubur Setiap Hari Menyeru Manusia Sebanyak Lima (5) Kali ...1. Aku rumah yang terpencil, maka kamu akan senang dengan selalu membaca Al-Quran.2. Aku rumah yang gelap, maka terangilah aku dengan selalu solat malam.3. Aku rumah penuh dengan tanah dan debu, bawalah amal soleh yang menjadi hamparan.4. Aku rumah ular berbisa, maka bawalah amalan Bismillah sebagai penawar.5. Aku rumah pertanyaan Munkar dan Nakir, maka banyaklah bacaan Laa Ilahaillallah, Muhammadar Rasulullah", supaya kamu dapat jawaban kepadaNya.Lima Jenis Racun dan Lima Penawarnya .....
1. Dunia itu racun, zuhud itu obatnya.
2. Harta itu racun, zakat itu obatnya.
3. Perkataan yang sia-sia itu racun, zikir itu obatnya.
4. Seluruh umur itu racun, taat itu obatnya.
5. Seluruh tahun itu racun, Ramadhan itu obatnya.
Nabi Muhammad S.A.W bersabda.
Ada 4 hal yang di pandang sebagai ibu, yaitu:
1. Ibu dari segala OBAT adalah SEDIKIT MAKAN
2. Ibu dari segala ADAB adalah SEDIKIT BERBICARA
3. Ibu dari segala IBADAT adalah TAKUT BUAT DOSA
4. Ibu dari segala CITA CITA adalah SABAR
Beberapa kata renungan dari Qur'an.
Orang Yang Tidak Melakukan Solat:
Subuh: Dijauhkan cahaya muka yang bersinar
Zuhur: Tidak diberikan berkah dalam rezekinya
Asar: Dijauhkan dari kesehatan dan kekuatan
Maghrib: Tidak diberi santunan kasih oleh anak-anaknya.Isyak: Dijauhkan kedamaian dalam tidurnya (Fahri_Sahabatku).

Pendidikan Kesehatan dan Reproduksi


1. Resiko Perkembangan Tehnologi Informasi Terhadap Pergaulan RemajaPerkembangan tehnologi telah banyak memberikan kemudahan bagi manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Tehnologi elektronik misalnya; telah mempermudah akses pada informasi tak terbatas. Akan tetapi di sisi lain memunculkan persoalan yang sangat komplek di segala lini kehidupan, terutama bagi remaja. Persoalan yang muncul bisa bersifat medis, psikologis, maupun sosial-ekonomi. Hal ini disebabkan karena banjir informasi yang mereka terima tanpa saringan tersebut tidak diikuti dengan kesiapan intelektual, mental dan spiritual yang memadai.
Salah satu akibat dari banjir informasi yang tidak dihadapi dengan segala kesiapan ini adalah pola pergaulan remaja yang cenderung semakin bebas seiring dengan sikap para orang tua dan masyarakat yang semakin permisif (longgar). Tak pelak lagi kebebasan pergaulan ini sering berujung pada kejahatan seksual. Gejala yang bisa dilihat adalah banyaknya kasus kehamilan yang tidak dikehendaki, maraknya tempat praktek pengguguran kehamilan (unsafe abortion) secara ilegal serta munculnya trauma akibat berbagai bentuk kekerasan seksual dan persoalan sosial-ekonomi yang muncul akibat berhenti sekolah.
Menurut Anis Farikhatin, jika dicermati lebih lanjut, kenyataan tersebut merupakan fenomena gunung es dimana yang terlihat hanyalah yang dipermukaan, sedangkan keadaan riil dibawahnya berlipat-lipat jumlahnya namun masyarakat tidak peduli dan abai dengan sikap dingin. Gejala tersebut akan terus menguat seiring dengan berkembangnya konsumerisme-hedonistik. Para remaja mulai terbawa pada suatu pandangan bahwa remaja harus memiliki pacar; dan berkencan dalam proses. Yang lebih mengejutkan lagi mereka sudah mulai setuju terhadap hubungan seks pra-nikah. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Pusat Studi Seksualitas (PSS) PKBI Daerah Istimewa Yogyakarta terhadap siswa yang duduk di bangku sekolah pada tahun 2004 yang menghasilkan informasi sebagai berikut:
1)Jumlah remaja sekolah (SLTP & SLTA) di DIY sebanyak 64.928 siswa. 2)Mereka yang setuju terhadap hubungan seks karena alasan akan menikah mencapai 72,5 % siswa laki laki dan 27,5 % siswa perempuan.
Selain itu Synovate Research yang meneliti perilaku seksual remaja di 4 kota, yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan, sejak September 2004 (survey ini mengambil 450 responden dengan kisaran usia antara 15-24 tahun, kategori masyarakat umum dengan kelas sosial menengah ke atas dan ke bawah menghasilkan informasi sebagai berikut: 1) Pengalaman seksual remaja : 44% responden mengaku mereka sudah pernah punya pengalaman seks di usia 16-18 tahun. 16% lainnya mengaku pengalaman seks itu sudah mereka dapat antara usia 13-15 tahun. 2) Mereka yang setuju terhadap hubungan seks karena alasan suka sama suka sebanyak 71.5% siswa laki laki dan 28,5 % siswa perempuan. Ketika para siswa tersebut ditanya mengenai proses terjadinya kehamilan, ada 86 % siswa baik laki laki maupun perempuan yang tidak mengerti tentang kapan terjadinya masa subur (PSS PKBI 2004).
Jika kemudian ditanya lebih lanjut, siapa yang paling tidak berdaya menghadapi resiko dari pergaulan yang cenderung bebas tersebut? Jawabnya tentu saja perempuan. Bagaimana tidak, karena perempuanlah yang akan menanggung akibat paling berat, mulai dari pemaksaan, aborsi kehamilan yang tidak dikehendaki (KTD) sampai HIV/AID. Keadaan ini disebabkan oleh minimnya pengetahuan serta kekurang fahaman mereka tentang kesehatan reproduksi (kespro), khususnya masalah seksualitas. Hal tersebut diperparah lagi dengan berbagai kebijakan yang tidak memihak pada perempuan, seperti dikeluarkan dari sekolah bagi siswi yang kedapatan hamil. Keadaan seperti itu membuat kondisi kejiwaan mereka mudah rapuh sehingga mudah kehilangan jati diri, harga diri dan masa depan.
Sementara itu masyarakat dan para orang tua bersikap kurang peduli dan masih menganggap masalah kesehatan reproduksi dan seksualitas sebagai masalah yang tabu untuk dibicarakan. Tidak terkecuali para tokoh agama. Dalam masyarakat Islam menyelesaikan persoalan remaja lebih sering menggunakan pendekatan fiqih (hukum) yang menghakimi dari pada memberikan bimbingan, arahan yang bersifat dialogis solutif. Pemerintah juga terlihat kurang peduli karena menganggap permasalahan kesehatan reproduksi (kespro) masih dianggap belum serius dan tidak perlu menjadi prioritas karena sudah dianggap inhern dengan mata pelajaran agama, PPKn, IPS, dan biologi.2. Pendidikan kespro sebagai solusi alternative
Keadaan seperti di atas sudah mulai disadari oleh para orang tua dan juga guru, terutama guru Bimbingan dan Konseling (BK) dan guru agama. Adapun tujuan pendidikan kespro adalah: 1) Memberikan dan mengelola pengetahuan kesehatan reproduksi dan seksual bagi siswa. 2) Membangun sikap positif pada diri siswa untuk menghadapi persoalan seksualitas dan reproduksi 3) Membentuk perilaku siswa yang bertanggung jawab dalam konteks seksualitas dan reproduksi
Sekolah merupakan salah satu sektor pendidikan yang paling teroganisir dan mudah dikontrol. Upaya memasukkan materi kesehatan reproduksi ke dalam kelas merupakan sesuatu peluang berharga yang sangat memungkin untuk dilaksanakan meskipun dengan penerapan yang berbeda. Apalagi dengan mulai berlakunya KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) memberi kesempatan yang luas bagi para guru untuk mengembangkan kreativitasnya dalam pembelajaran di kelas yang diampunnya.Mengatasi masalah remaja yang terkait dengan masalah kesehatan dan reproduksi (kespro) merupakan masalah rumit dan kompleks. Ia tidak cukup hanya dilihat dari satu sisi saja. Pendidikan kesehatan dan reproduksi bukanlah satu satunya ’jurus mabuk’ yang bisa menyembuhkan permasalahan remaja hanya dengan sekali pukul. Ia harus berjuang melalui berbagai kendala yang cukup menguras kesabaran mulai dari level birokrasi, level konsep, sampai pada level implementasinya di lapangan (proses pembelajaran di kelas). Terutama sekali pada level implementasi; karena setiap kegiatan pembelajaran akan berhadapan dengan masalah yang tidak kalah rumitnya, misalnya masalah kondisi (manajemen) tiap tiap sekolah yang berbeda; peserta didik yang berbeda latar belakangnya (ada SMK yang mayoritas putra/ putri, ada SMA yang komposisi siswa putra dan putrinya seimbang), situasi dan kondisi yang pada saat materi tersebut diajarkan, sarana apa yang diperlukan/ yang sesuai dengan tingkat keberhasilan yang ingin dicapai, bagaimana pendekatan yang paling tepat digunakan dan sebagainya.Dengan demikian. perlu adanya dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak seperti Dinas Kesehatan,Dinas Pendidikan, BKKBN, PKBI, pemuka agama secara moril maupun materiil kepada para para guru pengampu materi kespro agar lebih mantap melangkah dengan penuh percaya diri.
3. Perlunya Pendidikan Kespro yang berorientasi pada nilai (Affective Oriented)Pendampingan yang intensif melalui pertemuan rutin para guru pengampu untuk berbagi pengalaman sangat diperlukan untuk lebih melengkapi/ menyempurnakan materi, metode, media maupun pendekatan yang digunakan. Selain itu materi kesehatan reproduksi (kespro) perlu dikemas dengan strategi pembelajaran yang lebih berorientasi pada pendidikan affektif (nilai nilai).
Guru kespro dituntut untuk mampu menyajikan materi bukan sekedar untuk ”diketahui”; tetapi menjadi “nilai-nilai” yang diinternalisasikan dalam diri peserta didik agar mampu menjadi motivasi dalam bersikap, berbuat dan berperilaku secara kongkrit dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa hal tersebut pendidikan kespro hanya akan menyelesaikan masalah pada tingkat permukaan berupa menurunnya angka KTD (kehamilan yang tidak dikehendaki) dan aborsi (karena mereka tahu bagaimana melakukan savety sex); tapi tidak menyentuh pada akar persoalannya berupa pelecehan terhadap nulai-nilai hidup dimana aktifitas seksual tidak bisa hanya dimaknai sebagai rekreasi tetapi sesungguhnya mengandung nilai pro-kreasi di mana hidup harus dimuliakan. Untuk itu penting sekali pendidikan kespro diarahkan untuk menjadi bagian dari pendidikan untuk pemuliaan harkat dan martabat manusia melalui penguatan mental spiritual agar mampu berusaha menjadi manusia yang bertanggung jawab, terhormat dan membuktikan manusia sebagai mahluk yang mulia (sumber http://www.kespro.com/, lalu saya dikomentari).

Memberdayakan Seksualitas Perempuan

Resensi Buku

Judul Buku : Hegemoni Heteronormativitas Membongkar Seksualitas Perempuan yang Terbungkam.
Penulis : Endah Sulistyowati, Dkk.
Penerbit : Kartini Network, Jakarta
Cetakan : I, Januari 2008
Tebal : xxxii + 397 Halaman


Tiga Kelompok Perempuan yang Malang

Dalam beberapa tahun terakhir, perbincangan mengenaiseksualitas telah mengalami perkembangan cukup berarti. Seksualitas yang sebelumnya dianggap sebagai persoalan pribadi, saat ini tampil tanpa henti di wilayah publik. Karena itu, selain baru, membincang soal seksualitas di ruang publik juga penuh tantangan. Apalagi selama masa transisi politik dan krisis ekonomi serta bencana yang serius belakangan ini, seksualitas bagi banyak orang dianggap sebagai topik pembicaraan yang tidak penting, atau bahkan penyelewengan dari diskusi serius seperti kemiskinan, krisis ekonomi, bencana, korupsi, kekerasan berbasis agama, atau tema-tema lainnya.
Kendati demikian, masa transisi dapat dipahami sebagai titik tolak untuk memahami dan mengkonsolidasi gagasan demokrasi secara menyeluruh. Dua langkah penting untuk agenda semacam itu adalah konstruksi nilai-nilai dan sistem pengetahuan yang selama ini menjadi dasar ketidakadilan sosial, dan berikutnya peletakan nilai-nilai sipil seperti toleransi, keadilan, akuntabilitas, non-kekerasan dan nilai-nilai lainnya yang fundamental bagi terwujudnya demokrasi yang ideal.
Kehadiran buku HegemoniHeteronormativivtas; Membongkar Seksualitas Perempuan yang Terbungkam hasil penelitian di dua negara, Indonesia, dan India ini, seakan mempertegas kembali bahwa sudah tiba saatnya menmbus batas tema-tema diskusi di atas. Karena, mempertanyakan seksualitas juga termasuk agenda penting demokratisasi. Semakin mendesak lagi, karena seksualitas mempunyai wilayah internal politiknya sendiri, ketidakadilan, dan modus penindasan sendiri.
Tidak bisa misalnya, seksualitas hanya didekati dengan konsep-konsep politik konvensional, seperti demokrasi liberal, Marxisme, atau feminisme. Sebab kita tahu, feminisme sukses besar menjelaskan hubungan tidak adil antara laki-laki dan perempuan, tapi gagal memahami ketidakadilan yang bersumber pada seksualitas. Femisisme dianggap terlalu banyak terkonsentrasi pada jender kalau pun ada perbincangan soal seksualitas dalam feminisme, biasanya adalah perusahaan seksualitas yang masih dalam bingkai heteroseksualitas.
Oleh karena itu, premis bahwa hegemoni heteronormativitas yang membentuk gagasan-gagasan tentang seksualitas yang selama ini dianggap normal perlu dipertanyakan dan dibongkar kembali. Mengapa heteronormativitas (ideologi bhwa heteroseksualitas adalah bentuk hubungan seksual yang sah) dan mengapa perlu dibongkar? Sebab, sebagaimana ditunjukkan Saskia E. Wieringa dalam pengantar buku ini, “sesungguhnya seksualitas normatif adalah hasil sebuah kontruksi sosial” (hlm. xi).
Secara umum, buku setebal 397 halaman ini merupakan kumpulan profil dari hasil studi komparasi tentang bagaimana sistem heteronormativitas bekerja di dua masyarakat yang berbeda latar belakang sosial-budaya dan politiknya, yakni Indonesia dan India. Penelitian dilakukan terhadap tiga kelompok konstituen: janda, pekerja seks, dan lesbian, kelompok yang selama ini dipinggirkan dan dihinakan.
Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa ternyata meskipun berlatar sosial-budaya, politik, dan hukum berbeda, ada yang ajek dan lestari yaitu identitas jender serta relasi seksual hetero yang dianggap alamiah, dan karenanya harus dijaga dan dibentengi. Selain itu, buku ini ingin mengungkapkan bagaimana sistem heteronormativitas bekerja dalam konteks masyarakat Indonesia dan India dengan perbedaan dan persamaan di antara keduanya (agama, politik, sejarah, hukum) dan masalah-masalah yang dihadapi kaum perempuan.
Dengan memahami sistem heteronormativitas melalui kehidupan ketiga kategori perempuan tersebut, memungkinkan kita mengungkapkan cara-cara perempuan mengekspresikan agensi seksualnya (sexual agency) dengan mengguncang dominasi ideologi jender yang selama ini mengontrol seksualitas mereka. Jadi dengan mengamati bagaimana janda, lesbi, dan pekerja seks bernegosiasi dengan sistem jender dan seksual yang hegemonik, akan memperdalam pemahaman kita tentang heteronormativitas itu sendiri.
Misalnya, sebagaimana dikisahkan lima pekerja seks di jakarta dan empat PSK di New Delhi, yang memanipulasi pelanggan atau kliennya secara seksual. Dari penelitian Endah Sulistyowati dan Bharti Mohan tersebut, jelas memperlihatkan bagaimana dominasi laki-laki dikonstruksikan. Membandingkan pengalaman Indonesia dan India maka kita akan tercengang oleh perbedaan-pebedaan di antara ketiga kelompok perempuan yang dikaji. Hal ini memperlihatkan bahwa jender adalah sebuah proses sosial-budaya, meski di kedua negara ini jender ternyata masih dilihat sebagai sesuatu yang “alamiah” dab “stabil” (hlm. 73 dan 249) (Menurut Nur Faizah, alumnus Yayasan Qomaruddin, Bungah, Gresik. Mahasiswi Pascasarjana UGM Jogjakarta).

Sebagaimana diperlihatkan oleh rofil-profil di dalam buku ini, ada mekanisme pengaturan amat kuat yang lebih keras menekan perempuan daripada laki-laki untuk mempertahankan benteng normativitas. Bahkan laki-laki yang termasuk dalam kategori terstigma, seperti banci di Indonesia atau hijra di India, juga mendapatkan keuntungan dari patriarchal dividen (bonus patriarkal) tersebut. Penyimpangan seksual yang dilakukan oleh laki-laki lebih dapat diterima dibandingkan bila itu dilakukan oleh perempuan .
Namun sayangnya, hasil penelitian yang tertera dalam buku ini, sebenarnya tidak secara luas menguraikan ketimpangan jender dalam wilayah ekonomi-politik, tetapi lebih berkonsentrasi pada tatanan emosional ketiga kategori dalam gambaran permasalahan atas potensi-potensi hubungan tulus yang didasarkan pada kesetaraan seksual dalam kerangka kekuasaan jender. Tiga kategori perempuan yang diteliti seolah-olah tidak memiliki kedaulatan terhadap seksualitasnya sendiri. Baik seksualitas dalam maknanya sebagai identitas diri (self identity), tindakan seks, (sex action), perilaku seksual (sexual behavior), maupun sebagai orientasi seksual (sexual orientation).
Terlepas dari kesalahan editing yang cukup menggangu dalam buku ini, kaum perempuan dari pinggiran normativitas mendapatkan kembali suaranya dan berbicara kepada kita tentang bagaimana hidup mereka dikontrol oleh penjaga normativitas. Membaca kisah-kisah mereka, setidaknya... dapat membuka mata hati dan telinga kita akan potensi untuk menciptakan sebuah masyarakat yang bebas dari paksaan dan kekerasan seksual. Sehingga semua orang daat menggali seluruh potensi dirinya untuk mencinta dan dicinta, dan daripadanya memberikan cinta kepada masyarakatnya.

Cewek Jangan Kepulkan Asap...!.


Menurut Cowok, Image Jelek

Potongan dedaunan tembakau kering dikombinasikan dengan zat-zat aditif, terlinting dalam kertas, itulah yang kita kenal dengan rokok. Ketika ujungnya dibakar, kepulan asap tipis menyebar. Ribuan zat kimia merasuk, tenggorokan menghangat, otak mengisyaratkan kata “Nikmat....”
Pemerintah mengingatkan, kenikmatan itu sepaket dengan kanker, serangan jantung, impotensi dini, juga gangguan kehamilan dan janin. Tapi, rokok tetap jadi konsumsi banyak nyawa. Harga sekotaknya yang lebih mahal daripada nasi pecel komplet nggak bikin rokok sepi peminat.
Dulu, rokok selalu diidentikan sama cowok. Berdasarkan hasil persentase kuisioner oleh Deteksi Jawa Pos, sekarang nggak lagi. Sebanyak 28,6% responden cowok mengaku punya temen cewek perokok. Mayoritas dari yang punya teman cewek perokok itu sebenarnya nggak suka melihat kaum hawa mengepulkan asap (87,7%).
Namun, alasan paling tinggi mengapa para cowok tak suka cewek perokok bukan karena lintingan tembakau itu rawan penyakit (29,7%). Melainkan, lebih karena untuk jaga image (43%). Sementara 10,8% lagi khawatir si cewek dijauhi temen-temen.
Budaya orang Timur. Itulah yang membuat seorang cowok mengganggap cewek nggak baik jika merokok. “Nggak Indonesia banget,” katanya. Cowok ini juga illfeel tiap melihat teman ceweknya mengepul asap. “Yah, aku nggak nyaman sama cewek perokok. Malas dekat-dekat,” ungkapnya.
Image negatif yang menempel di cewek perokok juga muncul dalam benak siapa pun juga. Banyak yang bisa memvonisnya dengan kata-kata, “Bergaulnya pasti nggak benar, bukan?”
Kalau kata temenku di kampus, perokok aktif rentan penyakit. “Harga untuk penyembuhan lebih mahal daripada rokoknya lho,” katanya. Ia juga khawatir soal pergaulan. “Bisa aja cewek kayak gitu dijauhi. Terutama dengan sesama temen cewek,” cuapnya. Memang nggak adil kalau cewek perokok diidentikkan dengan cewek nakal. Tapi, kalau itu bisa memotivasi untuk berhenti melubangi paru-paru, kenapa nggak?
Menurut Dr. Laksmi Wulandari Sp.P (Spesialis Paru), “Pada prinsipnya, rokok sangat tidak baik untuk kesehatan. Siapa pun itu, cowok atau cewek. tetapi kaum hawa punya risiko ganda jika menjadi perokok aktif.” Bener banget kata beliau! Sebab, kaum hawa lah yang nanti melahirkan generasi berikutnya. Merokok bisa mengakibatkan beberapa penyakit. Di antaranya, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) yang disebabkan nikotin, tar, dan karbonmonoksida dalam rokok, serta kanker paru-paru. Oleh sebab itu, para perokok terutama cewek, dianjurkan segera berhenti
Memang, kalau nikotin sudah mulai angkat bicara, hati-hati dengan persuasinya. Otak susah juga diajak main logika. bahwa banyak yang bilang merokok banyak ruginya, otak akan menjawab, “Ih, peduli amat...”
Sebenarnya, ada obat untuk menyembuhkan kecanduan pada rokok, namun harganya belum terjangkau. Tetapi untuk berhenti merokok, yang terpenting adalah niat.
Wallahu alam bishawab.
Sumber Gambar : http://www.google.com/

Send Your Message To My EmaiL....

Your Name :
Your Email :
Subject :
Message :
Image (case-sensitive):