Sep 3, 2008

Perlunya Pendidikan Seks Sejak Dini


Kasus Empat Siswi SMA Tak Boleh Ikut UN

NASIB empat siswi SMA Negeri I Petasia Kabupaten Morowali yang gagal mengikuti Ujian Nasional pada 22 April 08 ini karena kasus kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) menimbulkan polemik berbagai pihak pemerhati anak.
Eva Susanty koordinator KPKP-ST menilai pemberian sanksi dari pihak sekolah ini melanggar salah satu hak anak mendapatkan pendidikan beserta tahapan-tahapannya (Radar Sulteng 25 April 08). Sementara Ketua Panitia Ujian Nasional 2008 Provinsi Sulteng Drs. H. Darwis Yakama mengatakan bahwa pemberian sanksi merupakan kebijakan sekolah bukan bagian dari ketentuan ujian nasional. Karena menurutnya dimungkinkan adanya kebijakan itu oleh sekolah atau pemda setempat sesuai dengan undang-undang otonomi daerah (Radar Sulteng 25 April 2008).
Namun Kepala SMA Negeri I Petasia Dra. Yulis Derta Tonigi tak gentar bahkan merencanakan tes urine bagi semua siswi sekolah yang berstandar nasional tsb (Radar Sulteng 26 April 2008).
Direktur Pelaksana PKBI Sulteng Yospina Liku La'bi, SE, mengungkapkan fakta bahwa terdapat sekitar tujuh remaja putri yang mendatangi klinik Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Sulteng minta kandungannya diaborsi. Bahkan salah satunya adalah siswi SMP (Radar Sulteng 25 April 08). Sementara menanggapi kasus KTD di kota Palu, Masudin Sekretaris PKBI Sulteng mengimbau agar Kesehatan Reproduksi (Kespro) masuk dalam kurikulum SMP dan SMA.
Ternyata KTD tidak hanya terjadi di kota besar namun sudah menyebar kota-kota kecil seperti Petasia misalnya. Siapakah yang harusnya bertanggung jawab terhadap masalah ini. Tentu tak bisa hanya disalahkan ke salah satu pihak orangtua ataupun sekolah saja. Marilah kita melihat hal ini secara arif bijaksana tanpa mengorbankan hak si calon ibu ataupun anak yang masih dalam kandungan.
Pentingnya Pendidikan Seks
Pada usia 10 - 14 tahun anak mulai mengalami perubahan fisik dan psikologis karena pubertas. Perlu kita tahu karena perbaikan gizi pada saat ini maka masa pubertas menjadi lebih cepat. Selain anak dan remaja mudah sekali mengakses informasi menyesatkan tentang seks dari bacaan, vcd porno, hand phone, internet.
Pendidikan seks di rumah itu akan membentuk karakter dan membentengi anak itu sendiri. Orang tua adalah pendidik seks yang penting. Pengajaran yang terbaik kepada seorang anak terjadi pada "Saat-saat yang tepat untuk mengajarkannya" ketika diskusi dan petunjuk terjalin secara alamiah dengan peristiwa dan kebutuhan kehidupan sehari-hari.
Pesan-pesan pertama merupakan pesan yang paling kuat. Jauh lebih kuat untuk membentuk pandangan anak tentang seksualitas sejak permulaan daripada mengoreksi penyimpangan-penyimpangan yang mereka ambil di dunia ini. Pesan-pesan yang tepat dan gamblang jauh lebih baik daripada pesan-pesan yang samar-samar dan tidak jelas
Orang tua harus mampu menjelaskan masalah seks sejak anak pra sekolah sesuai dengan tingkat pemahamannya. Saat pra sekolah misalnya anak balita bisa dijelaskan perbedaan laki-laki dan perempuan yang merupakan ciptaan Tuhan yang mulia. Selain juga menyebut organ seks dengan benar dan tak terkesan jorok/kotor. Usia SD orangtua bisa menjelaskan proses pembuahan dan pertumbuhan embrio, masa akil balik yang disertai mimpi basah dan menstruasi.
Saat anak usia remaja orang tuan bisa menjelaskan tujuan Tuhan menciptakan seks, mengarahkan persahabatan yang wajar antar jenis, keterampilan untuk menghindari ke arah percumbuan dan dorongan seksual dan menghindari pergaulan yang buruk (free sex, homo, lesbi).
Anak-anak juga perlu ditunjukkan konsekuensi dari seks bebas yaitu AIDS, kehamilan usia dini, aborsi, penyakit seksual. Cara yang paling tepat melawan pornografi adalah melalui pendidikan seks dalam keluarga dan institusi agama.
Apa yang Harus Kita Lakukan
Akhirnya sebagai orangtua kita harus peka terhadap perubahan perilaku anak, meluangkan waktu cukup untuk anak, selalu membuka diri sehingga anak tak takut bercerita apa yang dirasakannya.
Melalui obrolan sehari-hari kita bisa menggali situasi pengetahuan/pengalaman anak dan mendiskusikan kasus-kasus yang nyata di lingkungan kita yang ada hubungannya dengan kasus KTD misalnya jauhkan dari kesan tabu. Kita seharusnya bisa menjelaskan permasalahan seks dengan sehat dan bermartabat.
Bahkan jika kita mendapati anak-anak mengkonsumsi pornogragi selayaknya kita mendiskusikan dengan bijak tidak langsung memarahinya.
Bahkan bila siap kita bisa mengajak anak usia remaja melihat proses fisiologis (bukan vcd porno) dan menerangkan dengan benar. Karena jika anak-anak mendapatkan hal itu di luar tentu akan berdampak negatif tak ada yang bisa menjelaskan secara benar. Jadi bukan zamannya lagi menerangkan pada anak balita bahwa adik dibawa oleh burung bangau yang mampir ke rumah saat malam tiba. Siapkah kita? Harus siap dari pada kecolongan

No comments:

Send Your Message To My EmaiL....

Your Name :
Your Email :
Subject :
Message :
Image (case-sensitive):