Sep 8, 2008

Cerpen Buatan Sendiri

Cerita Ombak di Pantai Talise

“Setitik embun pagi … dapat menyejukkan jiwaku,
yang mulai gersang karena rindu padamu....
Cintamu yang tulus, bagai air yang bening
membuatku semakin cinta padamu
Sedetik pun aku tak ingin jauh darimu
hanya saja ku tak berdaya....
Sehingga tak dapat s’lalu melihat wajahmu....
* * *
Deru ombak kecil mengalunkan melodi kedamaian, teriring sinar Sang Mentari Tua yang menghangatkan tubuh, memberi nuansa keromantisan pada Pantai Talise yang kemilau. Nuansa itu hadir untuk Kesha, penuh melodi berirama tentang cintanya. Setia menemaninya memberi inisial dari Kepulauan Ampana sana, juga terbentang langit keredupan, yang kemilauannya tak kalah takjub dengan Talise yang kini ditatap olehnya.
Langit tua itu tak bertiang, terlalu kokoh memayungi Talise yang selalu terderai tawa riang olehnya. Langit indah itu milik Kesha, gadis yang telah kehilangan senyum penuh kebahagiaannya. Suasana Talise itu selalu muncul dan ada menghiasi penantiannya selama ini.
“Aku harus sekokoh langit ini. Tak ingin ku goyah dan remuk! Karena ku tahu dan sangat yakin, di Kepulauan Ampana sana, Donny mampu mengokohkan kesetiaan cintanya untukku,” gumam gadis berperangai lembut ini, pada diri sendiri.
Penantian dan kesetiaan bagi Kesha itu adalah suatu pengorbanan. Meski begitu meletihkan. Namun, tak ada yang lebih hebat dari penantian yang diabadikan dengan kesetiaan, kesabaran dan dibumbui harapan di dalamnya. Deru ombak yang berirama lembut, sesekali tenang dan kembali bersorak merdu, membawanya dalam dunia keceriaan. Semua keadaan dan suasana menentramkan itu, mengingatkan semua file tentang kisah cintanya yang pernah tersimpan di benaknya.
“Aku pernah merekam betapa hebatnya cinta yang diulurkan Donny untukku. Tatapan mata dan tutur katanya membawa kesejukan dan kedamaian hatiku, tak ada yang menandingimu, cintaku!” gumam gadis bertubuh sedang itu membatin.
“Itulah yang membuat penantianku begitu nikmat. Hanya cinta dan keyakinan yang kumiliki, dapat membuatku lebih tegar dan bersabar. Meski harus jauh… demi suatu saat engkau tercipta untukku…” cerita dan harapannya kepada ombak yang menari-nari di hadapannya.
Hingga kini desahan suara Donny, masih terlalu enak dan berkarakter bagi Kesha. Uluran tangan cowok penantiannya itu, begitu lembut dan hangat membekas pada syaraf kulit lengannya. Dan seribu satu kedahsyatan lagi, yang membuat seluruh persendian terasa melepuh dan lemas terkulai jika tak mendengar dan menatap senyuman cowok manis itu. Hingga membuatnya tak berpaling dari cowok cool itu. Ia berharap kuat dan setia menanti kehadiran Sang Pujaan Hatinya, hingga nanti.
Namun kasih sayang, senyum manis dan segala petuah Donny untuk Kesha lah, yang semestinya tak membuat gadis itu untuk selalu dan selau berharap datangnya sebuah the nice ending di balik penantiannya yang kokoh selama berbulan-bulan ini.
“Jika aku bisa terpana dan terpesona memandang wajah serta kepribadiannya, mengapa tidak gadis-gadis di sana akan banyak yang meleleh memandang tampangnya? Apalagi ini pertama kalinya Donny belum balik-balik juga selama tujuh bulan lebih!” ia membatin cemas, seketika senyumnya memudar.
“Mungkinkah ibunya menahannya di kampungnya itu? Atau... ingin lari dari kenyataan rajutan cinta yang pernah kami buat?” gadis itu pun menggeleng.
Ia merasa pertanyaan-pertanyaan itu, tidak sepenuhnya menjadi alasan bagi Donny yang tak kunjung kembali ke Kota Palu. Padahal kekasihnya itu telah berjanji untuk kembali membawa cinta ke pangkuan Kesha secepat mungkin. Bahkan, Sang Romeonya itu telah mengakui kesetiaan dan ketulusan cinta dari gadisnya itu untuk dirinya. Namun, ia begitu percaya akan langkah Donny untuk mengunjungi ibunda tercintanya di kepulauan tersebut.
* * *
Satu setengah tahun yang lalu, Kesha sungguh kasihan pada cowok penantiannya itu. Sungguh prihatin pada Donny yang indeks pretasinya menurun dan akhirnya tidak lulus ujian pada pendidikan sekolah menengah atasnya. Dalam dua semester akhir di kelas III SMA itu, ia menjadi siswa yang uring-uringan, malas dan sering terlambat ke sekolah. Masih sangat beruntung, pihak sekolah tak men-drop out dirinya dari sana, ketika itu. Kesha pun sudah sering memberi nasehat pada cowok yang juga sering memberinya petuah itu.
“Ka Donny... kenapa udah malas datang ke sekolah sih? Guru-guru sering nanyanya ke saya, kalau kakak tidak datang ke sekolah. Kan.... tidak lama lagi kakak menempuh Ujian Nasional?” pinta Kesha penuh harap.
“Iya... aku tau ko’ Sha! Tapi..., kadang aku merasa letih dan bangunnya kesiangan deh! Insya Allah saya bisa mengubah sifatku ini,” ucap Donny lirih, mencoba menenangkan kecemasanku.
“Aku mau kakak rajin ke sekolah! Supaya, aku bisa sering-sering ketemu ama kakak. Kalau bukan ketemuan di sekolah, di mana lagi coba?” tukas gadisnya, agak sebal.
“Iya dech, sayang! Thank’s yah atas dorongannya...” balasnya sambil tersenyum, membuat Kesha tersenyum pula.
Namun, cowok berkulit hitam manis itu pun tak kunjung berubah saat Kesha singgung terus-menerus secara halus. Kesha yang merupakan adik kelasnya saja, banyak menyabet prestasi akademik maupun non-akademik bagi keharuman nama sekolah mereka. Apalagi gadis pendiam itu mengambil jurusan menantang Ilmu Alam, sedang cowok tambatan hatinya itu lebih memilih menempuh jurusan Ilmu Sosial.
Sesungguhnya, Kesha dari dulu amat merindukan Donny yang pertama kali ia jumpai dan dikenalnya. Laki-laki impiannya itu adalah siswa berprestasi di sekolah. Dulu, Donny pernah memenangkan lomba karya tulis ilmiah dalam kegiatan ekstra kurikulernya Karya Ilmiah Remaja (KIR), dan lomba-lomba lainnya. Tapi, entah mengapa semakin hari ia berubah hingga 270°, meski itu perlahan-lahan. Donny pun jarang dan hampir tak pernah menemui gadis manisnya itu pada jam istirahat dan pulang sekolah.
Hingga hari H (pengumuman kelulusan), Kesha tersentak kaget mendengar info ketidaklulusan kekasihnya itu. Kesha menyesal, ia harus pergi memenuhi panggilan sebagai utusan gurunya, untuk mengikuti lomba mengarang Bahasa Inggris di luar sekolah. Ia harus meninggalkan sejenak, Donny yang sedang dag... dig... dug... menunggu pengumuman tersebut di sekolah. Ketika kembalinya Kesha ke sekolah, ia tidak mendapati Sang Romeonya, yang kata semua temannya beberapa menit yang lalu, Donny menangis tersedu-sedu dan langsung pergi entah ke mana. Ruang rasa Kesha pun seketika sedih, matanya berkaca-kaca mencari keberadaan cowok berambut hitam pekat itu di setiap sudut sekolah. Hati gadis yang penuh rasa iba itu, langsung menahan angkot menuju rumah (kost) Donny, yang begitu jauh jaraknya dari sekolah, demi mencari keberadaannya. Berlawanan dari dugaannya, cowok yang dicarinya, ternyata bukan pulang ke tempat di mana biasa ia beristirahat itu.
“Aduh... kasihan dia. Kalau bukan pulang ke sini, lalu ke mana perginya. Semoga tak terjadi apa-apa dengannya,” cemas yang amat sangat pun menyusup ruang rasanya.
Kemudian ia pulang dan kembali menahan angkot di tepi jalan. Setelah kejadian itu, gadis lembut itu dihantui perasaan sesal yang berontak di dalam hati dan pikirannya.
“Ya Allah... maafkan aku yang tidak ada ketika Donny mermbutuhkanku. Aku tak dapat menghapus genangan air bening di kedua sudut matanya dan menyemangatinya dengan kalimat-kalimat yang menenangkan hatinya. Padahal, ia adalah pacarku. Ka Donny... semoga engkau tak marah padaku,” batin Kesha berbisik.
* * *
Penyesalan bagi Donny bukan hanya muncul di akhir usahanya, namun menyedihkan dan menurunkan semangat “45” dalam hidupnya. Ia tidak lulus dalam mata pelajaran Ekonomi, yang merupakan salah satu dari mata pelajaran yang diujikan secara nasional.
Beberapa minggu kemudian dari kesedihan itu, Kesha berhasil menemui Donny di rumahnya. Sebaliknya, sesekali cowok cute itu mengunjungi Kesha di kediamannya. Di saat-saat itu, mereka dapat saling mencurahkan hati (curhat), saling memahami dan membiarkan perbedaan berbaur di antara keduanya. Sebab, dari kekurangan dan kelebihan yang mereka miliki, dapat disempurnakan oleh keduanya dengan saling mengisi dan nasehat-menasehati.
“Sha... kamu memang cewek yang lain dari cewek-cewek lainnya yang pernah kutemui. Apa kamu tidak malu dan jengkel sama saya? Saya nggak lulus, sedang kamu cewek pintar dan punya yang lebih dari aku,” pernyataan dan pertanyaan Donny sungguh menohok hati Kesha.
“Ka... kakak apa-apaan sih? Aku sungguh beda dari kaum hawa yang lain. Aku bukan mencari kepopuleran dari diri kakak. Tapi kejujuran, kesetiaan dan ketulusan cinta yang kakak beri untukku. Semua cobaan pasti ada hikmahnya bagi kakak dan suatu saat ada pengganti sebagai hadiah akan kesabaran kakak selama ini dari Allah” Kesha mengelak, menjelaskan sedikit pengetahuan agamanya yang ia yakini selama ini.
Hingga hati gadis polos itu tertekan tak ingin menerima kenyataan, bahwa cowok berlakon sebagai bodyguard-nya itu harus meninggalkannya sendiri.
“Aku akan pulang ke kampungku di Kepulauan Ampana. Ibuku telah merindukan diriku di sana. Tapi setelah aku ujian Paket C. Hati kecilku tak bisa kubohongi. Aku selalu merasa, harus selalu berada dalam kehidupan masa kecilku dan tempat kelahiranku. Bersama ibu dan kakak-adikku.” Aku menghela napas panjang, saat mendengar pengakuannya setahun lebih yang lalu.
Donny memang anak yang baik. Ia telah lama merantau ke Kota Palu meninggalkan keluarganya, hanya untuk menimba ilmu dan pengalaman. Ia merasa selesai untuk mengakhiri pendidikannya di kota bercuaca hangat itu. Mau tak mau, mereka harus berpisah. Mungkin dalam waktu yang begitu lama. Entah kapan penantian Kesha akan tiba ending-nya dengan mulus....?
Cinta Donny kepada keluarganya, membuat dirinya tak ingin berpisah lama. Seharusnya, Kesha kecewa mendengar pengakuannya itu. Pulang kampung Palu-Ampana, bukan karena terburu rindu pada Kesha. Tapi, pada keluarga dan tanah kelahirannya. Namun, setiap kekecewaan gadis bertubuh padat-berisi itu merisaukan ruang rasanya. Di sisi lain hatinya malah berbangga dan kagum. Tak banyak anak laki-laki yang bisa seperti Donny. Jika cowok bertubuh tinggi semampai itu bisa memberi cinta berlebih kepada ibu dan keluarganya, mengapa Kesha tidak. Kesha kan kekasihnya?
Kesha masih ingat saat SMA dulu, Donny adalah siswa teladan di sekolah. Gadisnya itu begitu terpesona akan kepribadian Donny. Belum lagi, dia tak seperti remaja kebanyakan yang sering “nongkrong” di rumah teman dan lupa pulang. Donny akan selalu hadir mengetuk pintu rumahnya untuk pulang beristirahat, meski pulang dini hari karena keasyikan nongkrong atau main. Kesederhanaan yang dimilikinya, membuatnya jarang “jajan” di kantin sekolah. Namun, ia keseringan bermain dengan buku bacaan di perpustakaan dan mengadu pada Sang Khaliq setiap sholat dzuhur berjamaah di sekolah. Bahkan kebiasaan Donny itu tak pernah berbeda jauh dari kebiasaan yang Kesha lakukan di sekolah.
Awalnya Kesha berpikir ada keanehan atau keraguan tentang apa yang ada pada diri kekasihnya itu. Tapi, saat mencoba mencintainya, ia merasakan ada rasa lain pada cinta yang Donny berikan padanya, cintanya tulus dan suci! Dan salahkah bila Kesha ingin mempertahankan setia untuknya? Hingga detik ini....
Kesha bukan tak curiga, juga bukan tak khawatir. Seribu satu cerita cinta yang pernah ada di planet bumi ini, dan lebih dari separuhnya berakhir luka setelah mencoba membiarkan diri menanti dan setia. Namun, hanya kekuatan cinta yang dapat menghapus semua kehampaan dan kekhawatiran itu. Yang bisa ia perbuat hanyalah, mendoakan Donny agar selalu dilindungi Yang Maha Kuasa dan semoga ia akan kembali lagi membawa sejuta cinta untuknya. Gadis ramah ini juga sering mencari-cari kabar tentang cowok impiannya itu, dari paman dan sahabat karib Donny, Reza yang kedua informan itu menetap di Palu.
* * *
Talise senja masih memberikan kemesraan bagi Kesha. Tapi, ombak pantainya tak berirama merdu, sore ini menorehkan kekecewaan di hati Kesha. Harusnya ombak itu datang untuk menari-nari sejak atraksi mentari tua berubah senja bermula. Tapi kini lain, alunan ombak itu datang saat gelap mulai mengisi langit yang kokoh itu. Terlebih datang dengan alunan yang begitu keras, deras dan beriak-riak. Seolah-olah suasana ombak itu membawa berita melukakan baginya.
“Aku dari rumahmu mencarimu Kesha...,” Reza telah berdiri tepat di belakangku.
“Kamu ko’ sampai nyari-nyari aku ke sini? Pasti ada kabar penting tentang Donny untukku yah?” tanyanya gesit. Saat satu sisi hatinya berfirasat sesuatu telah terjadi pada Donny.
“Harusnya... kamu tanya keadaanku terlebih dahulu! Bukan Donny!” Kesha semakin merasa ada yang tak beres dari makna perkataan Reza itu.
“Ya, pasti kamu sehat-sehat saja bukan? Lalu Donny bagaimana kabarnya ?” tanya Kesha, Reza pun tersenyum.
Jelas terlihat oleh Kesha, kalau senyum itu diusahakannya semanis mungkin. Sayang sekali..... sejak gadis manis itu melihat senyum Donny, tak ada lagi keindahan yang menandingi kelebihannya. Meski Talise sekali pun!
Tutur kata cowok bertubuh pendek itu, lalu diatur sesantun mungkin. Meski dari bibir tipisnya kemungkinan mengalir cerita yang amat memilukan.
Kesha berharap semuanya dusta. Tentang kedekatan Donny dan gadis lain di kampung kekasihnya itu. Juga tentang Donny yang kebetahannya tinggal di sana, bukan semata karena telah membendung rindunya pada ibu dan keluarganya, tapi juga karena ada gadis lain yang di sampingnya.
Gadis pendiam itu menggeleng, sambil menatap redupnya langit tanpa bintang-bintang yang menghiasinya. Tapi, Reza tak kunjung berhenti bertutur. Hingga, langit pun membendung banyaknya riak bening yang bersiklus di bumi ini.
“Aku yakin kamu terluka, mempertahankan kesetiaan dalam penantian panjangmu selama ini. Tapi pernahkah kamu bayangkan, bagaimana kecewanya aku. Donny dan cewek tunangannya itu berselingkuh di depan mataku.” Aku tertunduk. Menerawang ke arah kedua kakiku yang kubiarkan dibasahi oleh deru ombak yang menepi.
”Zha…, dia sudah tunangan? Lalu apa saja yang telah kau lakukan untuk membantuku? Jawab Za!” desak Kesha pada cowok yang hanya terdiam itu.
“A... a... aku sudah mengingatkannya, tapi… ia tidak menghiraukanku. Bahkan ibunya pun merestui pertunangan antara anak laki-lakinya itu dengan gadis yang ia kenal sebelumnya itu” suara Reza pun keluar bebas dari antara dua katup bibirnya.
Kesha tak dapat menahan tumpahan riak butiran bening membasahi pipi dan jarinya.
“Maaf! Aku harus pulang,” ucap Kesha saat tutur Reza mulai mengompori dirinya.
Tidak akan Kesha lakukan. Hampir tiap tatkala mentari tua muncul, ia ke Talise, menyaksikan deru ombak kecil, lembut dan perlahan bersorak penuh kedamaian dan kemesraan. Suasana pantai itu selalu diharapkan dan dibayangkan olehnya sebagai Reza atau paman Donny yang akan berjalan ke tepi membawa kabar bahagia untukknya, tentang Donny. Jadi, sangatlah mustahil bila gadis yang setia itu harus mencintai Reza. Mungkin benar kekasih yang dinanti-nantinya itu telah menghianatinya, tapi ia berpikir salah melarikan cinta sucinya pada Reza, sahabat karib Donny.
“Aku bukan meracuni pikiranmu. Tapi aku… juga tak butuh madu darimu Sha…” cetus Reza lirih.
Kesha langsung beranjak pulang ke rumah sendirian, tak ingin ada seorang pun yang mengganggunya selama detik-detik itu.
* * *
Detik itu, Kesha dengan cekatan menghadap ke jendela berkaca bening di depan rumahnya, setelah ibunya memberi tahu, kalau Donny telah datang untuk menemuinya. Saat itu detak jantung Kesha berdentum dahsyat, dag… dig… dug…, cepat dan berirama. Di depan jendela itu, Donny berdiri dan langsung duduk di serambi depan, dengan tatapan yang terbang dengan santai sesekali ke penjuru ruang tamu dan bunga-bunga indah nan mekar di halaman depan, yang selalu dirawat dan disirami oleh Kesha dan ibunya.
Donny pulang? Apa dia mencariku? “Tunanganmu mana?” Hanya pertanyaan terakhir yang sanggup terucap dari bibir merah Kesha. Dua pertanyaan sebelumnya hanya mampu diejanya dengan batin.
“Kamu mencariku atau tunanganku ?” tanya Donny heran.
“Seperti yang baru saja kutanyakan. Kamu tadi dengar kan?” ketus Kesha sinis.
“Aku pulang sendiri ko’ dari sana! Aku pulang untukmu dan tak ada tunangan ataupun pacar yang aku punya selain dirimu Sha…” begitulah kata Donny memulai ceritanya.
Kalimat selanjutnya, jauh berlawanan dengan apa yang pernah diceritakan Reza pada Kesha.
“Reza menjadikan alasan kedekatanku dengan kakak sepupuku untuk membohongimu. Aku juga kaget saat kutahu sepupuku itu mencoba mendekati dan merayuku, agar aku lupa padamu, atas akal busuk Reza. Ia ingin merusak hubungan yang pernah terjalin indah di antara kita. Ia iri dengan hubungan kita. Aku selalu ingin memenuhi janjiku menemuimu secepatnya, namun keluargaku juga membutuhkan partisipasi dan keberadaanku.” Jelas Donny panjang lebar, tak ingin membiarkan Kesha terlalu jauh membencinya.
“Reza bohong? Sedikit pun tak kudapatkan gurat kebohongan itu pada Reza. Meskipun, aku sangat berharap itu memang bohong. Bahkan dengan santainya ia mengajakku bermain-main api dan ada nada dendam dari tutur katanya” gumam Kesha dalam hati.
“Syukur Alhamdulillah Donn…, ternyata kamu masih setia padaku. Setelah berkali-kali kesetiaanku teruji, tak pernah sedikit pun aku mencoba berpaling. Meski aku harus menangis, karena tak mampu kubendung rinduku padamu…” curahan hati gadis ramah itu pada kekasih dambaannya.
Rindu yang menggunung adalah ujian terberat yang Kesha tempuh selama ini. Tapi… Kesha selalu menyisakan semangat dan cinta putih untuk Donny. Semangat buat terus mencintainya. Dan… semangat serta kesetiaan gadis manis itu lah yang mengizinkannya untuk tetap memiliki Donny, hingga kini.
“Aku nggak dipersilahkan masuk nih?” tanya Donny menggoda gadis pujaannya itu.
Kesha pun malu sendiri saat menyadari dirinya masih dalam tunduk.
“Harusnya aku sudah berada dalam pelukannya sejak dia datang tadi. Tapi… mengapa aku belum bergerak juga yah?” kini batinku kembali berbisik.
Kemudian Kesha pun tersipu malu. Donny membiarkan gadisnya ketika salah tingkah di hadapannya. Setidaknya dapat mengurangi rasa shock-nya, setelah mendengar dalih Reza tempo hari.
Inilah the nice ending, yang begitu dinanti-nantikan oleh Kesha, buah dari penantiannya selama ini. Namun mereka masih penasaran, apa alasan Reza sehingga telah membohongi mereka…?

Created by Me
In Palu on August 6th 2007

No comments:

Send Your Message To My EmaiL....

Your Name :
Your Email :
Subject :
Message :
Image (case-sensitive):