Dec 14, 2008

Emotional Spritual Quotient



Sukses tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual, tapi juga harus dibarengi dengan kecerdasan emosi dan spiritual. Yuli akan menjelaskannya untuk kamu.

Berkembangnya teknologi dan kehidupan urban zaman sekarang mengharuskan manusia untuk memiliki pengetahuan dan high self-awaraness sebagai bekal hidup. Pernah tidak kamu perhatikan orang-orang di sekitar kamu. Ada orang yang bias dibilang gagal dalam bidang akademis tapi berhasil dalam berkarier. Atau, ada juga orang yang sukses dalam bidang bidang akademis tapi gagal dalam kariernya.

Misalnya saja, Andrie Wongso. Motivator yang paling terkenal di Indonesia ini sebenar bisa dibilang gagal dalam bidang akademisnya. Andrie Wongso tidak pernah menamatkan pendidikan Sekolah Dasar (SD). Tapi, siapa sangka orang yang bahkan tidak memiliki ijazah SD ini bisa sukses dalam kariernya. Kemampuan Andrie Wongso dalam memotivasi orang sudah tidak diragukan lagi. Atau, ada pula kasus sebaliknya. Tanpa ingin mengekspos dan menjelek-jelekkan narasumber ini, sebut saja namanya Budi. Budi, lulusan sebuah perguruan tinggi negeri ternama di Indonesia, harus menjadi seorang supir taksi untuk dapat menafkahi keluarganya. Memang, supir taksi bukan profesi yang buruk. Tapi, mengingat latar belakang pendidikan yang dia miliki, Budi seharusnya bisa memiliki profesi yang lebih baik.

Dua contoh itu menunjukkan kalau kesuksesan hidup seseorang tidak hanya ditentukan oleh latar belakang pendidikan yang mereka miliki. Ada beberapa factor lain yang mempengaruhi sukses tidaknya seseorang.

Setiap manusia memiliki tiga jenis kecerdasan. Ada kecerdasan intelektual atau Intellectual Quotient (IQ), ada kecerdasan emosi atau Emotional Quotient (EQ), dan ada pula kecerdasan spiritual atau Spiritual Quotient (SQ).

IQ dan EQ sudah dikenal umum oleh masyarakat. Bahkan, banyak pula orang banyak pula orang yang berpendapat bahwa kedua jenis kecerdasan inilah yang menjadi factor penentu kesuksesan seseorang.
SQ sangat penting untuk mengajarkan nilai-nilai kebenaran yang mencegah lahirnya Hitler-hitler baru atau firaun-firaun kecil di muka bumi.banyak yang menyangka bahwa makna kehidupan bisa diraih melalui materi. Tapi sebenarnya, makna yang paling tinggi dan paling bernilai, saat manusia merasa bahagia, justru terletak pada aspek spiritualnya.
Ketiga jenis kecerdasan ini harus berintegrasi menjadi satu kesatuan. Hubungan di antara ketiganya bisa diibaratkan seperti sebuah telur ayam. IQ merupakan kulit luar, EQ merupakan putih telur, sedangkan SQ merupakan kuning telur kuning telur dan menjadi inti. Kecerdasan-kecerdasan itu dapat disinergikan melalui Emotional Spiritual Quotien (ESQ). ESQ adalah model mekanisme sistematis untuk me-`manage` ketika dimensi manusia, yaitu body, mind, dan soul.

IQ diukur melalui kecerdasan, EQ diukur melalui interaksi sesame manusia, sedangkan SQ diukur melalui sifat-sifat baik dari Tuhan YME yang dipahami dan diterapkan.
Intinya, jika manusia mengenal diri sendiri secara spiritual, maka ia juga akan mengenal Tuhannya. Pada saat itulah terjadi perubahan energi spiritual, juga perubahan cara pandang dan cara berfikir kita sebagai manusia. Hal ini tentunya akan mempengaruhi ketenangan dan keselarasan hidup manusia.
(keT. gbR: saaT peraYaan gEma RamaDhan 1428 H)

No comments:

Send Your Message To My EmaiL....

Your Name :
Your Email :
Subject :
Message :
Image (case-sensitive):